Kapan sebaiknya doa untuk menyatukan dua insan diucapkan? Menyatukan dua hati bahagia dalam mahligai sakinah. Menguatkan niat untuk menyatukan hati, menjalin kekuatan untuk mewujudkan mahligai impian
Saat usia semakin matang dan hati sudah menemukan tautan yang kuat pada seseorang, langkah apa yang kita pilih? Ya, menyatukan dua hati bahagia dalam mahligai pernikahan untuk menciptakan keluarga sakinah, mawaddah warahmah.
Daftar Isi :
Melantunkan Doa Menyatukan Dua Insan Bahagia
Benar adanya, pernikahan menyatukan dua hati yang berbeda, bahkan lebih dari itu, yaitu dua keluarga. Karakter, kebiasaan, pola hidup, semuanya berusaha diramu dengan indah dalam mahligai ini. Susah? Belum tentu. Perbedaan bisa menyatu dengan indah kala kedua insan ini dapat saling menerima, memahami dan mengerti satu dengan lainnya.
Butuh berapa lamakah? Tergantung dari keduanya. Tidak sedikit pasangan yang telah menjalani masa pengenalan alias pacaran hingga bertahun-tahun, tetapi ternyata hanya tahu bagian kulitnya saja. Sebaliknya ada yang tidak melalui masa pacaran, tetapi bisa saling memahami dan mengenal dua sisi kemudian berusaha saling menerima dan melengkapi.
Saat menjadi raja dan ratu sehari, semua perbedaan berusaha melebur menjadi satu. Tujuan yang ingin diraih adalah sama. Ingin menggapai kebahagian bersama sepanjang masa, sehidup semati. Ikrar suci menyatu dua hati untuk membangun mahligai rumah tangga.
“Aku pernah mengagumi seseorang. Tertarik … dan mendambakannya.
Namun, tidak selangkah pun aku berani mendekatinya.
Tidak sepatah kata pun berani menyapanya.
Apalagi mencari cara untuk menarik perhatiannya.
Aku adukan segala yang di dadaku kepada Allah, Tuhanku.
Tanpa aku sangka, aku duga, akhirnya dia melamarku.”
~ Seperti kisah Fatimah Az-zahra dan Ali ~
Pasanganmu adalah Pakaianmu
Janji pernikahan yang terucapkan tentu akan menguatkan hati kedua insan yang memasuki jenjang kehidupan barunya. Menapaki hari-hari selanjutnya dengan saling menguatkan satu sama lain. Saling memahami, mampu menerima kekurangan pun saling melengkapi sehingga kekurangan yang ada dapat tertutupi.
Mampukah kiranya? Butuh perjuangan. Bukan semata hanya cinta yang akan menguatkan. Tautan hati, saling menjaga kehormatan dan take and give selama menapaki kebersamaan akan membantu menguatkan jalinan yang kokoh ini.
Waktu sehari, dua hari, sebulan, tiga bulan, lima tahun dan seterusnya menentukan bagaimana kekuatan yang sudah dijalin. Ada yang mampu terus bertahan hingga maut memisahkan, tetapi tidak sedikit yang hanya bertahan hingga beberapa tahun saja.
Badai ujian datang dan merobohkan rumah yang telah dibangun. Kepercayaan runtuh. Rasa saling kasih luntur. Duka nestapa pun mendera.
“Istri-istri adalah pakaian untuk kalian. Demikian pula kalian merupakan pakaian untuk mereka.” (QS. Al-Baqarah : 187)
Menyatukan dan Menguatkan Niat Suci
Dua insan bersatu untuk mewujudkan niat suci. Bersama menyatu menautkan hati, dua jiwa. Menjalin ikatan suci sehidup semati dalam suka dan duka, mengarungi bahtera rumah tangga hingga akhir hayat. Duh, so sweet ya.
Barsama-sama berusaha saling menguatkan jiwa, memperkokoh tujuan untuk menggapai keluarga sakinah, mawaddah, warohmah. Ujian hati akan selalu ada. Datang silih berganti bagaikan butiran pasir. Hembusan angin akan membersihkannya secara perlahan.
Tak hanya itu, gejolak dalam mahligai rumah tangga pun akan datang dalam kebahagian dan kesenangan yang dilalui. Satu, dua, tiga tahun dan seterusnya akan semakin menguatkan ikatan cinta yang sedang dilalui. Mampukah semua itu berjalan sesuai harapan?
Ya, masalah yang datang silih berganti tak ayal menguji ikatan hati. Bersama menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Kemudian lanjut melangkahkan kaki lagi menapaki tujuan yang belum terwujud. Semudah itukah? Ya dan tidak. Ya, jika keduanya mampu mengendalikan emosi dan ego. Tidak, bila ingin lebih mengedepankan keinginan pribadi. Pendewasaan diri akan terus teruji.
Merembukan bersama dengan suasana hati tenang dan kepala dingin akan mampu mendapatkan jawaban yang terbaik. Mampu menutupi kekurangan masing-masing pasangan. Mampu menyikapi perbedaan dengan senyuman, karena perbedaan merupakan sunnatullah. Sesuatu yang pasti terjadi.
Jika salah satu atau kedua pasangan saling mengedepankan ego atau emosi maka keutuhan mahligai akan terganggu. Timbul keretakan yang bisa menimbulkan bom waktu. Bisa menyakiti salah satu atau keduanya dan akhirnya terjadi hal yang tidak kita inginkan.
“Dia terlalu egois. Maunya menang sendiri. Padahal bisa diomongin dulu sebelum bertindak. Jadi semua ini nggak bakal terjadi.”
Seorang teman mencurahkan isi hatinya. Sudah dua hati dia bersitegang dengan suaminya karena sebuah keputusan. Harapannya benar. Keputusan yang diambil hendaknya memang atas hasil diskusi bersama.
“Dia itu apa-apa nggak mau diomongin. Sudah aku minta untuk tidak menutupi apapun, tapi lagi-lagi begini.”
Keterbukaan antar pasangan memang penting adanya. Saling menerima, memahami dan berbagi akan membuat kesulitan menjadi mudah terurai. Ingat pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Meskipun kebenaran terkadang terasa menyakitkan.
Penutup
Berdoa untuk menyatukan dua hati bahagia dalam mahligai pernikahan menjadi harapan setiap pasangan. Jalinan yang kuat dengan saling menjaga, memahami juga menguatkan antar pasangan akan membuat rumah tangga yang dibangun menjadi kuat. Kokoh berdiri meski berbagai ujian datang menghadang.
Setiap pasangan tentu memiliki kekurangan dan kelebihan, maka salinglah menutupi kekurangan antar pasangan. Bersama saling melengkapi dan menutupi kekurangannya dan mau saling menerima satu sama lain seutuhnya. Perbedaan yang ada bisa dijadikan sebagai perpaduan warna agar kontras keindahannya tetap cantik terlihat.
Tak ada keluarga yang sempurna. Namun, kita bisa belajar dari para orang tua atau pasangan lain dalam mengarungi mahligai ini. Indahnya menapaki tangga bersama hingga akhir usia dengan penuh cinta kasih.
Salam,
sepakat banget kalau setiap pasangan pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Jadi, usahakan kita bisa saling menutupi dan melengkapi kekurangan dari pasangan. aku sambil ngangguk2 baca kalimat “Perbedaan yang ada bisa dijadikan sebagai perpaduan warna agar kontras keindahannya tetap cantik terlihat.” duuh, sweet banget mbak
Memang benar ya mbak, tidak ada keluarga yang sempurna
kami juga masih terus belajar untuk bisa saling menyempurnakan satu sama lain, badai rumah tangga itu pasti pernah menghampiri semua orang maka memang diri kita dan pasangan jualah yang harus bisa instropeksi diri untuk menyelesaikan semua, karena kita dan pasangan itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
ngobrolin tentang lika liku pernikahan seringkali lebih rumit daripada bahasan Matematika. Sebuah pembelajaran yang ngga akan usai, bagaimana memahami karakter pasangan, mempertahankan hubungan yang sehat dengan komunikasi yang baik dalam rumah tangga, yah, namanya rumah tangga.. kalau sederhana, itu rumah makan, hhehe.. terima kasih artikelnya mbak.. teriring doa bagi yang membaca, semoga dikaruniakan rumah tangga yang sakinah ma waddah wa rahmah, bagi yang masih single semoga disegerakan mendapatkan jodoh impian penyejuk hati, sehidup sesurga. aamiin
Menikah memang ibadah terlama yang ga main2 ya… Nano2 rasanya… Sudah senang ya dihadapi, harus ekstra sabar ya mbak
Menyatukan dua jadi satu itu benar-benar penuh tantangan, tapi insyaa Allah bisa dijalanin dengan penuh bahagia atas landasan keimanan