Ђคll๏ … Apa yang tebersit saat diajak untuk hidup minimalis? Betul banget, gaya hidup minimalis dengan sedikit barang memang decluttering yang dilematis.
Di era modern ini, hidup minimalis semakin populer dan menjadi tren bagi banyak orang. Konsep hidup minimalis mengajarkan kita untuk meminimalkan kepemilikan barang-barang yang tidak diperlukan, sehingga hidup menjadi lebih sederhana dan terfokus pada apa yang benar-benar penting. Namun, walaupun hidup minimalis terlihat menarik, proses decluttering ini sering kali menjadi sebuah dilema.
Daftar Isi :
Gaya Hidup Minimalis, Decluttering yang Dilematis
Gaya hidup minimalis tampak sebagai jalan keluar yang menjanjikan. Namun, langkah pertama yang paling sulit adalah memutuskan barang apa yang harus disimpan dan dieliminasi. Meskipun terlihat sederhana, menerapkan hidup minimalis bukanlah tugas yang mudah. Dalam masyarakat yang serba cepat dan konsumtif, menemukan arti hidup minimalis dapat membutuhkan upaya dan refleksi yang mendalam. Namun, hasilnya akan memberikan kehidupan yang lebih tenang, terarah, dan berarti.
Tantangan pertama saat hidup minimalis adalah terikat dengan ikatan emosional pada barang-barang tertentu. Misalnya, kita seringkali menyimpan barang-barang yang memiliki kenangan emosional, bahkan jika barang-barang tersebut tidak lagi berfungsi atau hanya mengambil ruang yang berharga. Menyingkirkan barang-barang seperti piala, kartu pos, atau pakaian yang tidak lagi digunakan dapat terasa sangat sulit karena kita terikat dengan kenangan-kisah di baliknya.
Selain itu, pemikiran “Bisa jadi suatu saat saya akan menggunakannya” seringkali menjadi alasan yang menghambat decluttering. Chicago Tribune (2020) menyebutkan bahwa kesulitan dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan dapat menjadi kendala dalam mengurangi kekacauan. Ketakutan akan kehilangan barang-barang yang pada dasarnya tidak dibutuhkan sekarang, tetapi mungkin berguna di masa depan mencegah kita untuk mengambil keputusan bijaksana.
Tantangan lain yang dihadapi ketika hidup minim dengan sedikit barang adalah tekanan sosial. Masyarakat seringkali mengekspresikan status sosial mereka melalui kepemilikan barang-barang mahal atau langka. Oleh karena itu, menjadi minimalis dan memiliki sedikit barang dapat dianggap sebagai ‘tidak keren’ atau ‘tidak mampu’ oleh sebagian orang. Hal ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman atau tekanan untuk tetap bertahan dengan kepemilikan yang berlebihan.
Meskipun decluttering menjadi dilema yang kompleks, terdapat beberapa panduan yang dapat membantu dalam mengatasi dilema ini. Marie Kondo, penulis buku “The Life-Changing Magic of Tidying Up”, menyarankan agar kita hanya menyimpan barang-barang yang membangkitkan kebahagiaan dalam hidup kita. Dengan memfokuskan pada kebahagiaan, proses mengurangi barang-barang menjadi lebih mudah dan nyaman untuk dilakukan.
Selain itu, KonMari Method yang dikembangkan oleh Marie Kondo juga memberikan langkah-langkah terstruktur dalam decluttering. Pendekatan ini menekankan pentingnya menghormati barang-barang kita, sebelum mengambil keputusan apakah harus disimpan atau dieliminasi.
“Puaslah dengan apa yang kamu miliki; bergembiralah dengan apa adanya. Ketika kamu menyadari tidak ada yang kurang, seluruh dunia adalah milikmu.” – Lao Tzu
Mengenal Arti Gaya Hidup Minimalis
Dalam hidup minimalis, fokus utama diberikan pada kebahagiaan dan kepuasan batin, bukan pada kepemilikan material. Hal ini membawa kita kembali kepada esensi hidup yang sebenarnya, di mana kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh apa yang kita miliki, melainkan bagaimana kita menyikapi dan menghargai apa yang sudah ada. Dalam konsep ini, kehidupan tidak lagi bergantung pada akumulasi barang-barang, tetapi pada kualitas hubungan dan pengalaman yang kita alami.
Hidup minimalis juga melibatkan proses pengorganisasian yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengurangi keberlebihan, kita dapat membentuk kebiasaan baru seperti menyusun jadwal rutin, membersihkan rumah secara teratur, dan memprioritaskan waktu untuk diri sendiri. Melalui kebiasaan hidup yang terstruktur dan teratur ini, kita dapat mengurangi stres dan kecemasan yang mungkin ditimbulkan oleh kekacauan dalam hidup.
Selain manfaat pribadi, hidup minimalis juga memiliki dampak positif pada lingkungan. Dengan mereduksi pemakaian barang-barang tidak perlu, kita dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dan mengurangi permintaan akan produksi barang-barang yang menghasilkan emisi karbon tinggi. Dengan demikian, gaya hidup minimalis bisa membuat kita menjadi kontributor yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan terhadap planet ini.
Baca juga :
Benarkah Gaya Hidup Minimalis dengan Sedikit Barang
Hidup minimalis merupakan suatu gaya hidup yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Prinsip utamanya adalah mengurangi barang-barang yang kita miliki, hanya mempertahankan yang benar-benar penting. Namun, apakah hidup minimalis dengan sedikit barang benar-benar memberikan manfaat yang dijanjikan? Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep hidup minimalis dengan memperhatikan informasi mendalam, menawarkan pandangan yang menarik, dan merujuk pada beberapa sumber referensi terpercaya.
1.Pengurangan Stres dan Kehidupan yang Lebih Sederhana
Sebuah studi yang dilakukan oleh University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan bahwa hidup dengan jumlah barang yang lebih sedikit dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan. Dalam masyarakat yang serba konsumtif saat ini, memiliki terlalu banyak barang dapat menimbulkan kewalahan dan ketidaknyamanan mental. Hidup minimalis membebaskan kita dari ketergantungan pada materi dan memberikan kehidupan yang lebih sederhana, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
“Kebahagiaan bukanlah memiliki apa yang kamu inginkan. Kebahagiaan ialah menginginkan apa yang kamu miliki. – Rabi Hyman Schachtel
2. Efisiensi Ruang dan Penghematan Finansial
Kehidupan minimalis dengan sedikit barang juga menguntungkan dalam hal efisiensi ruang dan penghematan finansial. Dengan mengurangi jumlah barang yang dimiliki, kita dapat lebih efisien dalam menggunakan ruang yang kita miliki. Hal ini akan membuat ruangan terasa lebih teratur dan memudahkan akses ke barang-barang penting. Selain itu, hidup minimalis juga berarti mengurangi pengeluaran kita untuk hal-hal yang tidak terlalu diperlukan. Kita dapat menghemat uang dengan tidak membeli barang-barang secara impulsif dan lebih fokus pada kebutuhan sehari-hari.
3. Konsentrasi pada Hal yang Penting
Hidup minimalis dengan sedikit barang memungkinkan kita untuk lebih fokus pada hal-hal yang penting dalam hidup. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di University of Nebraska-Lincoln, para peserta yang menjalani hidup minimalis melaporkan bahwa mereka merasa lebih puas dengan hidup mereka dan lebih mudah menetapkan prioritas dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Dengan meminimalisir barang-barang yang mengaburkan fokus kita, kita dapat menghabiskan lebih banyak waktu dan energi pada aktivitas yang memberikan kebahagiaan dan kepenuhan.
Penutup
Gaya hidup minimalis dengan sedikit barang tidak hanya menjadi tren, tetapi bagian gaya hidup yang memberikan manfaat nyata. Mengurangi stres, mengoptimalkan ruang, menghemat uang, dan meningkatkan fokus, hidup minimalis dapat memberikan kehidupan yang lebih sederhana dan memenuhi. Dalam hidup minimalis, penting untuk melihat barang-barang yang kita miliki sebagai alat yang mendukung hidup kita, bukan sebagai beban.
Dengan meminimalisasi kepemilikan barang, kita dapat menghemat ruang fisik, memperbaiki kesejahteraan mental, dan membuat kita lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup. Jika Anda ingin mengadopsi hidup minimalis, mulailah dengan mereduksi barang-barang yang tidak diperlukan dan nikmati manfaat yang tak ternilai dari kehidupan yang lebih sederhana.Yuk kita coba bareng!
Salam
Sumber Referensi :
https://www.timenews.co.id/gaya-hidup/99511372207/bagaimana-cara-menerapkan-gaya-hidup-minimalis-ini-10-tips-yang-bisa-kamu-lakukan-bisa-mulai-di-tahun-baru
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-bandung/baca-artikel/15371/GAYA-HIDUP-MINIMALIS-SALAHKAH.html
Comments 1